Tuesday 16 October 2012

Pemuda Yang Bertaubat Di Malam Ramadhan


Yang jahat tidak akan selamanya jahat. Yang tidak baik itu pula bukannya selamanya tidak baik. Baik & jahat itu sudah ketentuan Allah. Namun sebagai insan, sudah tentu mengharapkan rahmat Allah untuk mendapat hidayah atau petunjuk. Inilah yang dialami oleh pemuda yang bernama Umar ...
Ramadhan tahun lalu, seorang anak muda bernama Umar, 22tahunm tersedar dari segenap dosa-dosanya. Ia seorang anak yang dilahirkan dari sepasang suami isteri yang kaya raya. Sejak kecil, apalagi ia terlahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakanya perempuan. Sayangnya, akibat kasih sayang & kemanjaan yang berlebihan, Umar malah tumbuh menjadi anak yang nakal & sombong. Ia seringkali memandang sebelah mata orang-orang disekelilingnya.
Sejak sekolah rendah lagi, ia sudah terkenal nakalnya. Malah, saat bersekolah menengah, kenakalannya kian menjadi-jadi : ia mulai mengenal dadah, lebih parahnya, diusianya begitu, Umar sudah belajar ke lorong-lorong gelap & minum-minuman keras. Semua itu dilakukan umar tanpa sepengetahuan ibu bapanya. Betapa tidak, sebab wang saku yang diberikan oleh ibu bapanya berlebihan, jumlahnya jauh diatas kewajaran wang poket bagi anak-anak sekolah menengah pada umumnya.
Umar benar-benar sudah terbuai kemaksiatan & dosa. Namun, seperti kata pepatah " Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, baunya pasti tercium juga " Begitu juga yang terjadi dengan semua perbuatan buruk Umar, yang pada akhirnya diketahui pula oleh kedua ibu bapanya. Hal ini terjadi ketika dia berada tingkatan 6. Setelah, mencium semua kebusukan yang dilakukan Umar, kedua ibu bapanya, terutama si ayah, tentu saja marah besar.
Kerana sudah terbiasa melawan, semua perkataan ayahnya langsung dilawannya. Maka, terjadilah perang mulut yang hebat antara anak & ayah. Sedang ibunya berusaha menenangkan ayahnya. Namunm si isteri sepertinya terlalu lemah untuk merendam kemarahan ayah & anaknya.
Untuk "mengantasi" kenakalan Umar, semua gerak geriknya selalu diawasi. Setiap pergi ke sekolah, Umar dilarang bergaul diluar rumah. Umar benar-benar seperti didalam penjara. Kerana terbiasa hidup bebas diluar, Umar terasa gelisah & rimas terkurung dirumah. Bukan kerana tidak ada teman, tapi mulutnya yang terbiasa merokok & meneguk minuman keras terasa gatal-gatal tekal kerana lama tak pernah minum arak. Tak hanya itu, Umar juga rindu dengan tarikan dadah & kehangatan tubuh wanita tak bermoral yang biasa dinikmatinya.
Syaitan benar-benar telah mengusai otak Umar. Kerana tak kuat menahan semuanya, akhirnya ia memberontak. Umar lari dari rumah dengan terlebih dari mencuri wang & perhiasan milik ibunya, yang tentu saja sangat  mahal harganya. Setelah cabut lari dari rumah, pemuda berkulit putih itu kembali terjerumus ke lembah kemaksiatan. Sampai tak terasa, akhirnya semua wang miliknya habis tak tersisa lagi. Umar kebingungan  & kemudian memutuskan kembali ke rumah agar boleh mendaoat wang kembali.
Kepulangan kali ini disambut dengan kemarahan kedua ibu bapanya. Bukan hanya ayahnya yang berang, tetapi ibunya pun marah. "Ibu menyesal telah melahirkan anak macam kamu! Ibu merasa berdosa, ibu rasa menjadi seorang ibu yang terkutuk! ibunya meluahkan rasa geramnya.
Umar seperti seekor anak arnab yang masuk dalam perangkap. Namun "anak arnab" itu tiba-tiba berubah menjadi menjadi "anak serigala" yang kelaparan. Dengan kata-kata yang sangat kotor, ia memaki ayah & ibunya. Suasana pun berubah kian memanas. Umar pun semakin hilang kawalan perasaanya. Emosinya meledak-ledak. Lalu dengan penuh geram ia menyerang ayahnya. Kerana tidak mampu menandingi tenaga anaknya, berkali-kali Umar meninjau wajah ayah kandungnya, bahkan ia juga sempat menendang perut ayahnya,  sampai tubuh lelaki berusia 50tahun itu terhuyung kebelakang, nyaris jatuh kalau saja belakangnya tidak membentur ke tembok.
Melihat si ayah yang tidak berdaya melawannya, bukannya merasa hiba, Umar malah semakin buas menyerang. Dengan gerakan cepat, ia meraih pasu bunga & bermaksud menghentamkan benda itu di kepala ayahnya. Saat itulah tiba-tiba saja ibunya sudah berdiri dihadapanya, untuk menghalangi tindakan anaknya. Kerana terlepas kawalan, pasu bunga itu yang akan dipukulkan ke kepala ayah itu mengenai kepala ibunya. Seketika, pasu bunga itu pecah seiring dengan jeritan si ibu yang menahan kesakitan.
Detik berikutnya, Umar melihat ibunya terhuyung hayang ke belakang & terjatuh dengan darah segar mengucur dari keningnya. Melihat kenyataan ini, kedua kakaknya menjerit kesedihan & langsung memeluk ibunya sambil bertangisan. Melihat ibunya tersungkur, Umar jadi kebingungan. Sebelum ayahnya bertambah "naik angik", sebab Umar melihat ayahnya mengambil senapang  berburunya, maka tanpa fikir panjang lagi ia pun langsung melarikan diri.
Taubat Umar
Sejak peristiwa itu, Umar tidak berani pulang ke rumahnya. Selama berbulan-bulan Umar hidup seperti gelandangan. Tak hanya itu, selama berbulan-bulan pula ia menjual tubuhnya kepda wanita pertengahan umur & lelaki-lelaki "homo" hanya untuk mendapatkan wang. Semua itu ia lakukan bukan semata-mata agar ia boleh makan, tapi  lebih dari itu agar ia boleh membeli minuman keras & bekalan dadah yang telah meracuni otaknya.
 Hingga suatu saat terjadi sesuatu atas hidupnya. Suatu hari, Umar terperangkap ketika merampas beg duit seorang wanita yang sedang membeli belas dipasar. Jadilah ia dikejar-kejar oleh beberapa orang dipasar. Dengan sekuar tenaga ia berlari dari kejaran & kepungan orang-orang yang siap untuk mencincang habis sekujur tubuhnya, ia memang berhasil melepaskan diri.
Akibat keadaan yang tersepit, akhirnya dia membawa diri ikuti langkah kakinya berjalan keluar kota. Umar tak penag tahu kemana tujuan dirinya yang sebenarnya. Ia hanya melangkah & terus melangkah, hingga tak terasa hari pun mulai petang. Kerana kelelahan, ia pun beristirahat. Ia rebahkan tubuh lusuhnya dibawah sebatang pohon dipinggir jalan yang sunyi. Mungkin kerana lelah & lapar, tak terasa akhirnya ia pun tertidur lena.
Dalam tidur inilah Umar bermimpi dikejar-kejar orang yang sangat banyak. Persis sekali dengan keyika dirinya ketahuan merampas beg duit dipasar beberapa waktu sebelumnya. Anehnya, kali ini semua orang yang mengejar-ngejarnya berpakaian putih. Ia berlari ketakutan. Tapi, akhirnya ia terperangkap juga, lalu dengan penuh paksa orang-orang berpakaian putih itu merantai tangan & kakinya. Tak hanya itu, kakinya juga diberi dua buah gelang besar yang sangat berat, sampai ia sukar untuk melangkar. Apa yang terjadi selanjutnya ?
Dengan kasr, orang-orang berpakaian serba putih itu menyeret tubuh Umar sampai ke pinggir jurang yang dibawahnya terdapat nyala api yang ganas berkobar-kobar. lalu, tanpa basa-basa lagi, tubuhnya dilemparkan oleh orang-orang yang baju putih ke arah api yang menyala-nyala tersebut. Umar berteriak-teriak ketakutan penuh rasa cemas.
Setelah itu, Umar terbangun dengan nafas terengah-engah.Keringat dingin mengucur deras tubuhnya, ia pun sedar kalau ketakutan itu ternyata hanya terjadi dalam mimpi. Entah bagaimana, mimpi tu begitu mempengaruhi perasaanya. Hingga dalam hati, Umar sangat bersyukur, sebab semua itu terjadi hanya berlangsung dalam mimpi. Ia tidak boleh membayangkan andai kejadian itu benar-benar menimpanya dalam kenyataan yang sebenarnya. Mungkin tubuhnya telah hancur lebur dijilat api yang menyala-yala itu. Mungkin, itu adalah hembaran neraka jahanam.
Beberapa saat Umar gundah memikirkan mimpi tersebut, sampai akhirnya ia tersedar & melihat hari yang sudah  malam. Suasana begitu gelap & sunyi. Tak ada tanda-tanda penduduk. Bahkan tak ada seorang pun yang lewat dijalan tersebut. Entah dimana dirinya berada pada malam itu.
Dengan setengah putus asa, Umar kembali melangkah lemah meninggalkan tempat itu. Ia terus menelusuri jalanan sepi bagaikan ditanah kuburan itu. Pemuda itu berharap dapat menemukan  perkampungan penduduk. Celakanya, sejauh ia berjalan, ternyata tak juga ia temui perumahan penduduk. Yang terhampar dihadapannya hanya ada ladang getah dikiri  kanan jalan. Pokok-pokok getah yang tinggi menjulang nampak berdiri dengan angkuh terbalut malam yang sunyi & gelap. Namun, Umar sepertinya tak memperdulikan rasa takut walau sedikitpun, saat itu dirinya sudah pasrah andai mati sekalipun.
Kerana terlalu lama berjalan sementara perutnya kosong, Umar memang sudah begitu kepenatan, ditambah kepalanya yang tiba-tiba pusing. Ya, hal ini kerana dirinya belum makan sejak kelmarin, sehingga tubuhn ya yang gagah itu menjadi lemah.
Lama kelamaan, rasa pusingnya semakin menjadi-jadi. Kerana tak kuat berjalan lagi, ditambah kepalanya yang semakin menjadi-jadi. Kerana tak kuat berjalan lagi, ditambah kepalanya yang semakin pusing, akhirnya Umar jatuh terjerembab di rerumputan yang basah tersiram embun. Umar pun langsung tak sedarkan diri lagi.
Umar baru siuman mungkin lewat tengah malam. Ketika itulah ia merasakan udara yang begitu dingin & suasana yang sangat sunyi. Baru disedarinya pula kalau ternyata dirinya pengsan disebuah tanah lapang, entah dimana-mana dia sendiri tidak tahu.
Dengan kepala yang masih terasa pusing, Umar berusaha duduk, ia perhatikan suasana disekelilingnya yang begitu sunyi mencekam . Ia melihat pohon-pohon yang berdiri bagaikan barisan pasukan raksasa, yang seakan bersiap menyongsong musuh. Tak ada sedikit pun puncuk-puncukpohon yang bergerak dipermainkan angin malam. Alam begitu sunyi, sepi & tenang.
Dilangit melihat bintang-bintang bertabuan, banyak sekali jumlahnya, dengan sinarnya yang berkelip-kelip bagaikan mutiara. Langit begitu cerah, tanpa segumpal awan pun, bulan berbentuk sabit memancar indah disebelah timur. Pohon-pohon berdiri tenang, angin tak ada yang bertiup.
Namun, Umar merasakan udara begitu dingin, walau ia  menyakini tak ada embun yang menitis sedikit pun. Bahkan, suara serangga malam pun tak ada terdengar. Alam sekelilingnya bergitu sunyi & sepi. Terasa damai namun mencekam hati & perasaan.
Berkali-kali Umar memperhatikan keadaan disekelilingnya, perasaan hairan menyelinap didalam dadanya. Mengapa alam begitu lengang, damai & tenang ? Baru kali pertama ia melihat & merasakan pemandangan alam yang begitu tenang & damai indah sekali. Umar bergitu kagum & takjub diberbuatnya tiba-tiba diluar kesedarannya, mulat Umar  mengucapkan kalimat " Allahu Akbar ! " .
Setelah kalimat agung itu meluncur untuk ketiga kalinya dari mulut Umar yang kering, maka seiring dengan itu, ia merasakan seolah-olah ada-ada yang berbisik didalam dadanya, yang mengatakan bahawa alam & segala isinya adalah milik Allah SWT. " Tiada daya & kekuatan tanpa khendak Allah. Manusia hanyalah setitik dari kekuasaan Allah Yang Maha Besar. Begitulah yang menggema didalam dadanya. Hatinya pun begitu tesentak, Umar begitu terjaga dari tidur yang panjang, seiring dengan terbukanya pintu kesedarannya.
Seketika air matanya menitis deras akibat penyesalan yang begitu dalam. Betapa selama ini ia hidup bergelimang dosa & kemaksiatan. Umar begitu menyesal dengan kesalahan  yang pernah ia lakukan. Ya, betapa selama ini ia begitu jauh dari Allah S.W.T
Tangisnya tidak boleh direndam lagi. Dadanya begitu sesak membayangkan semua kesalahan & dosa-dosa yang telah dilakukannya selama ini. Ia menangis dengan penuh penyesalan. Tak henti-hentinya mulut Umar mengumandangkan 'Allahu Akbar' . Bersamaan dengan itu, terbayang semua dosa-dosannya, kesalahannya, kederhakaan pada ayah & ibunya, Kakak-kakaknya, bahkan pada teman-temannya, serta orang-orang yang pernah menjadi mangsanya, serta orang-orang yang pernah menjadi mangsanya dengan tingkah laku & kekejaman yang telah diperbuatnya.
Umar merasakan betapa ia hanyalah seorang manusia  yang hina & berlumur dosa. Ia terus menangis & merantap menyesali diri sendiri. Sampai akhirnya, ia mendengar ada suara seseorang menegurnya.
" Allah Maha Pengampun " . Hentikanlah tangisanmu, Nak ! Kata suara itu. Umar terkejut, sebab tak menyangka ada orang lain ditengah kesunyian yang syahdu itu. "Siapa di situ ? " Tanya Umar. Dengan perlahan & terus menangis, ia mengalihkan pandangannya ke arah datangnya suara.
Di keremangan malam, seorang lelaki telah berdiri di belakangnya.
" Allah pasti akan menerima hambanya yang sungguh-sungguh ingin bertaubat ! "
Umar tak kuasa untuk menanggapi  perkataan orang itu. Ia hanya boleh  menangis menyesal dirinya yang sudah begitu banyak berbuat dosa.
" Siapakah sebenar kamu anak muda ? Apa yang boleh saya bantu untukmu ? " Tegur lelaki itu lagi .
Kerana Umar tetap saja diam, lelaki itu lalu menghidupkan lampu picit & diarahkan pada Umar. Dengan bantuan cahaya lampu picit, lelaki itu memperhatikan Umar yang masih terus menangis terisak-isak.
" Siapa kamu, Nak ? Kenapa larut malam begini kamu ada disini & menangis ? Tanyanya lagi .
" Nama saya Umar, Pak cik. Saya ini manusia hina, kotor & banyak dosa, "
Jawab Umar seadanya.
" Kamu ini bukannya orang di sini. Apa sebenarnya yang terjadi dengan kamu ? " Ujar lelaki tua yang kemudiannya dikenali Umar bernama Pakcik Khamis itu bertanya.
Lalu dengan menahan isak tangis, Umar menceritakan semua tentang dirinya. Dengan tenang Khamis mendengarkan cerita Umar. " Siapa pun kamu, jahat atau tidak, itu Allah yang tahu. Tapi menuru aku, tidak baik kamu dilarut malam begini menangis sendirian disini. Mari ikut saya balik ke rumah. Sekarang sudah waktunya makan sahur. Setelah itu, sama-sama nanti kita ke surau untuk solat subuh " , ajak Khamis kemudian.
" Makan sahur ? " tanya Umar tak mengerti. Sejujurnya, kala itu, Umar memang tidak tahu apa yang dimaksud makan sahur. Walaupun beragama Islam, tapi sepanjang hidupnya, ia memang tak pernah berpuasa. Bahkan bila bulan puasa tiba pun ia juga tidak pernah mengetahuinya. " Inikan bulan Ramadhan, Nak ! Di bulan Ramadhan ini, umat Islam diwajibkan berpuasa. Dan sebelum puasa, disunatkan kita makan sahu dulu. Apa kamu ini orang Islam ? " Tanya Khamis denga tersenyum. Umar menjawabnya dengan anggukan kepala.
Umar terdiam. Tergugup. Selanjutya, Khamis mengajaknya pulang kerumahnya. Sejak saat itu, Umar benar-benar bertaubat. Ia mulai belajar bersolat, mengaji & puasa. Khamis juga tak bosan-bosan membimbing & mengajarinya dengan ilmu-ilmu agama. Umar diperlakukan seperti anaknya sendiri. Isteri & anak-anak Khamis juga menerimanya dengan baik. Bahkan, Umar sempat merayakan hari raya Aidilfitri bersama kelaurga sederhana namun penuh Rahmat Illahi itu .
Lewat bimbingan Khamis pula, Umar belajar bekerja & mencari rezeki yang halal. Dengan cara begitu, ia terus berusaha sesungguhnya untuk mengisi erti kehidupan sabagai seorang Islam yang sebenarnya .

No comments:

Post a Comment